JAKARTA — Hasil riset Snapcart menunjukkan minimarket sepanjang tahun lalu mampu merajai transaksi di lima kelompok barang di segmen pasar ritel modern. Hal ini dinilai karena minimarket memiliki keunggulan dalam menjangkau konsumen di Tanah Air. Riset terhadap lebih dari 1 juta struk belanja yang diunggah penggunanya di Indonesia menunjukkan kecenderungan masyarakat berbelanja di ritel modern. Snapcart adalah startup pengembang teknologi mobile O2O cashback dan platform otomatisasi marketing berbasis pembelian di Asia Tenggara.
“Hasilnya, minimarket masih merajai value share jenis saluran perdagangan itu,” ujar CEO Snapcart Reynazran Royono, kepada Bisnis, Rabu (22/2).
Snapcart membagi enam kategori besar barang yang diperdagangkan, yakni perawatan bayi, minuman, perawatan rumah, perawatan diri, makanan segar, dan kesehatan. Jenis ritel yang menjadi bagian survei itu adalah minimarket, supermarket, hypermarket, dan drug store (toko obat).
Di kategori minuman, minimarket menguasai transaksi (value share) sebesar 64%. Adapun di kategori perawatan bayi menguasai transaksi 61%, produk perawatan rumah 55%, dan perawatan diri 61%. Penguasaan tertinggi terjadi pada produk kesehatan sebesar 69%.
Namun, di segmen makanan se gar, dominasi transaksi masih di kuasai supermarket 66%, se dangkan minimarket 23%. Reynazran menjelaskan format minimarket yang lebih kecil menjadi keunggulan meraih pangsa pasar hingga ke pelosok. Konsep minimarket yang dibangun dekat pemukiman masyarakat mempermudah jangkauan. “Dan menjadi pilihan ritel modern untuk pelanggan di area tersebut,” kata Reynazran.
Minimarket juga kerap memberikan potongan harga yang menjadi stimulus berbelanja. “Berdasarkan data struk belanja sepanjang 2016, diskon yang lebih besar untuk produk-produk unggulan juga berkontribusi sebagai daya tarik bagi pembeli.”
Dia menyebutkan adanya persepsi dari konsumen yang menilai minimarket menawarkan kenyamanan dan harga lebih hemat, sehingga banyak warga masyarakat mengalihkan belanja bulanan dari format lebih besar ke minimarket. “Prediksi kami pertumbuhan minimarket masih terus terjadi, berdasarkan perencanaan pembukaan toko yang dilakukan oleh peritel-peritel format minimarket dan juga sejalan dengan pembangunan infrastruktur di Indonesia.”
Dominasi transaksi minimarket ini sejalan dengan bertambahnya gerai format ini seperti jamur di musim penghujan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, minimarket pada 2014 berjumlah 11.468 toko. Awal 2016, gerai Indomaret sudah berjumlah 12.100 toko, sedangkan Alfamart tercatat 11.115 gerai per Juni 2016. Minimarket, seperti diungkapkan research analyst DBS Vickers Securities Edwin Lioe, diproyeksi bertumbuh ratarata 15,5% per tahun, lebih cepat dibandingkan dengan supermarket atau hypermarket.
Tahun ini, omzet ritel diproyeksi tumbuh 10% menjadi Rp219 triliun, di luar nilai makanan dan minuman olahan. “Prediksi saya pertumbuhan untuk ekspansi gerai minimarket pada 2017 masih tinggi,” ujar Wakil Ketua Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta. Menurutnya, minimarket masih menjadi pilihan utama masyarakat dalam berbelanja. Selain itu, pembangunannya yang lebih mudah dibandingkan dengan jenis ritel lain membuat format minimarket mampu menjadi sarana memperluas distribusi barang hingga ke berbagai pelosok daerah. Tutum menilai beberapa wilayah masih berpeluang menambah gerai baru.
Pasalnya, daya beli masyarakat juga menguat. Staf Ahli Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Yongki Susilo mengatakan pemain minimarket harus bersinergi, terutama dalam hal menjaga pasokan, untuk meningkatkan pertumbuhan kinerja. Menurutnya, pemerintah sudah memberikan sinyal mempermudah ekspansi usaha, khususnya menambah ge rai ritel. Saat ini, tinggal ba gaimana mengoptimalkan peluang.
Pemerintah sedang menggodok revisi Perpres Nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern. Aturan tersebut mengatur lokasi pendirian pusat perbelanjaan dan toko modern mengacu pada rencana tata ruang wilayah, RDTR, termasuk peraturan zonasi di kabupaten/ kota terkait.
________________________________________________________________________________
Written by Nurhadi Pratomo published in Bisnis Indonesia on 23 Feb 2017.